Beji Temple adalah salah satu Tempat Wisata Bali paling terkenal yang terletak di Desa Sangsit sekitar delapan kilometer sebelah timur Singaraja dan jika Anda tidak tahu lokasinya, orang dapat dengan mudah melewatinya. Perhatikan tanda kecil di sisi kiri jalan jika Anda datang dari Singaraja. Ikuti jalan berdebu sampai ke laut. Pura ini dibangun pada abad ke-15 pada masa Majapahit dan dianggap sebagai salah satu pura tertua di Bali. Menjadi pura subak berarti didedikasikan untuk dewi Dewi Sri yang melindungi sawah irigasi. Kuil itu sebenarnya dibangun di atas lokasi sumur.

Konon sebelum datangnya era Dang Hyang Nirartha, wilayah atau kabupaten Buleleng dikenal sebagai kawasan Bukit Den. Pada awal kehidupan manusia di Bali dimana mereka mulai tinggal di wilayah timur Buleleng. Pada awal kemunculan konsep tersebut meramalkan bahwa Padma Bhuwana dalam penataan pura-pura di Bali. Khususnya di daerah timur Buleleng, Salah satu candi yang termasuk Candi Beji.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Sri Dwija Warsa Nawa Sandhi, pura-pura disebutkan masuk dalam konsep penataan Pura Panegil Dharma, pura-pura di desa Bulian, Pura Karang Meduwe, Pura Dalem Puri, Pura Gunung Sekar (Guruyang/Guru Hyang) , Pura Beji, Pura Pasupati, Pura Air Sanya (Air Sanih) dan Pura Bukit Sinunggal. Disebutkan pula pada hari-hari Kesari Warmadewa, Besakih No.
Dalam perkembangannya setelah kedatangan Mpu Kuturan diikuti dengan datangnya zaman Dang Hyang Nirartha di Waturenggong Dalem dimana konsep Padma Bhuwana seolah-olah diletakkan kembali dalam lingkup seluruh wilayah Bali. Seperti perkembangan dan pendirian Besakih pura-pura Goda Jagat lainnya yang ada hingga saat ini. Di antaranya termasuk pura seperti Goda Jagat Pura Luhur Batukaru, Tanah Lot, Uluwatu, hingga Goa Lawah. Dikisahkan pada zaman Waturenggong wilayah timur Buleleng dianggap daerah yang tidak layak berpenduduk.
Bahkan saat itu menjadi tempat pembuangan termasuk retret Anglurah Ki Panji Sakti. Namun tidak ada data pasti kapan kejadiannya, terlepas dari lingkungan Pura Beji yang dikenal sebagai candi subak karena Sangsit Pakraman dikatakan sebagai kompleks candi untuk memuja Dewi Sri sebagai dewi yang diyakini terkait dengan ladang pertanian yang menghasilkan padi sebagai makanan pokok dan memberi kemakmuran.
Kejadian-kejadian itu rupanya berkaitan dengan bentuk ragam hias yang muncul di seluruh bagian bangunan suci Pura Beji, motif bunga atau tumbuhan sulur yang membungkus gugusan bangunan atau palinggih yang ada di sana. Pada awal candi secara singkat, kori agung hingga seluruh bangunan pemujaan, ukuran penuh corak motif bunga khas Buleleng : cukilan lebar, dangkal namun runcing.
Filsafat Doktrin
Tumbuhan atau bunga yang digunakan sebagai motif ukiran di Candi Beji sebenarnya adalah sebagai salah satu manifestasi dari ajaran falsafah (tatwa) agama Hindu, ditunjukkan melalui simbol-simbol relief sakral, bunga berdigestilir sulur-sulur secara filosofis tanaman melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Tatanan Candi Beji sendiri terdiri dari tiga area (mandala) yaitu sisi majemuk, jaba tengah dan jeroan. Pada bagian samping terdapat bale jaba jerawat yang telah dimodifikasi gaya dekorasinya.
Antara sisi Jaba dengan bagian tengah dihubungkan oleh candi singkat yang masih menunjukkan kekhasan ragam hias Buleleng. Di tengah halaman majemuk, di sisi utara ada bale saka paebatan roras dan bale. Sementara berdiri di sisi selatan bale sakapat dan sakaulu, semua bangunan bertiang kayu beratap seng. Memasuki halaman jeroan ada candi kurung (kori agung) di sebelah kiri dengan bebetelan kanannya.
Desain bunga pada ukiran juga sangat mendominasi seperti yang ditemukan di candi secara singkat. Pada bagian belakang kori besar ada penutup pelindung yang melengkung. Di halaman jeroan juga terdapat bale gong (Diutamakan kutus beratap seng), gedong simpen (beratap), bale jeroan disebut jajar genjang samah (Lebih disukai roras beratap ilalang), dua bale piasan (saka nem di kedua sisi atap sirap), gedong agung ( beratap ilalang pada keempat punggungan terdapat relief naga) sedang pada puncak atap berdiri patung (ukuran kecil) sayap bidadari.
Di sisi kiri tempat pemujaan leluhur terdapat palinggih gedong dewa Ida Ayu Batara Kesaren bersama palinggih dewa teratai Bagus Ngurah Pengastulan. Paling timur laut sudut palinggih dewa teratai Bagus Ngurah Beraban (di dalamnya terdapat barisan/pasimpangan). Menurut salah satu pemangku kepentingan setempat, bahan yang digunakan untuk membangun candi termasuk candi sebentar, kori agung dan dinding panyengker puranya adalah batu pasir asli (Wajah Sangsit) Banjar Abasan.
Kegiatan Rohani
Melalui keberadaan arsitektur Candi Beji yang khas, sebenarnya merupakan media komunikasi bagi masyarakat. Melalui makna tersirat melalui tampilan bentuk dan ukiran, arsitektur Candi Beji merupakan wadah kegiatan spiritual sebagai produk budaya, memberikan kejelasan identitas atau identitas. Pura Beji dapat dibangun melalui proses ketika kesepakatan Bali dengan desain holistik undagi di zaman kuno.
Mereka telah melihat kebutuhan spiritual dasar masyarakat lokal, perasaan teritorial, perasaan memiliki dan penghormatan yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa ciptaan alam semesta. Manifestasi merupakan norma dan ekspresi estetika cinta manusia di alam semesta, pelengkap dan pemberi kehidupan. Melihat ke dalam dimensi perilaku keagamaan manusia ini sebagai salah satu unsur rancangan program undagi masa lalu. Selain pandangan tentang kehidupan, hubungan manusia dengan