Tantangan dan Upaya Mengembangkan Desa Wisata di Bali

Desa Wisata di Bali Saat ini, Dinas Pariwisata Provinsi Bali telah mencatat sudah ada kurang lebih 238 desa wisata di Bali. Dari jumlah desa tersebut, tak sedikit desa yang belum masuk ke dalam kategori desa wisata maju dan mandiri.
Tentu saja, hal tersebut menjadi perhatian kita bersama. Perlu adanya upaya dan kebijakan supaya semua desa wisata Bali bisa masuk ke dalam kategori desa wisata yang maju serta mandiri.
Dari 283 desa tersebut, berikut ini adalah rinciannya, tercatat sebanyak 30 desa wisata masuk kategori maju dan mandiri, 101 desa wisata kategori desa rintisan, 107 desa wisata kategori desa berkembang, 27 desa wisata kategori desa maju, dan 3 desa wisata kategori desa mandiri.
Sejak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, jumlah desa wisata Bali mengalami peningkatan. Sebelum Pandemi Covid-19, desa wisata Bali berjumlah kurang lebih 179 desa. Desa wisata ini tersebar di sembilan kabupaten maupun kota di Bali.
Desa Wisata di Bali Tantangan dalam Mengembangkan
Bali memiliki potensi yang melimpah, tidak hanya dari sektor pariwisatanya saja, akan tetapi juga dari segi sosial, budaya, SDM, hingga SDA. Apabila kita bisa memanfaatkannya untuk mengembangkan desa wisata, maka akan memberikan banyak dampak positif.
Seperti kondisi perekonomian menjadi lebih baik hingga meningkatkan citra Bali, entah itu di mata nasional maupun internasional. Namun, mengembangkan desa wisata Bali tidak semudah kelihatannya.
Meskipun desa tersebut memiliki potensi yang melimpah belum tentu bisa menjadi desa wisata yang maju dan mandiri. Bila kita lihat jumlah desa wisata maju dan mandiri dari keseluruhan desa wisata yang ada, tidak sampai 25 persen desa wisata yang dikatakan berhasil.
Selain itu, terdapat berbagai faktor yang dapat menjadi tantangan dalam perkembangan desa wisata di Bali. Berikut ini adalah informasinya.
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia Muda dan Produktif
Tantangan pertama kali yakni kurangnya Sumber Daya Manusia muda dan produktif. Tak sedikit pemuda-pemuda desa yang memilih merantau ke kota setelah lulus sekolah. Alhasil, mulai berkurangnya generasi muda yang kreatif dan produktif di desa-desa.
2. Konsep Desa Wisata di Bali yang Monoton
Tidak semua desa wisata memiliki ciri khas yang menjadi daya tariknya. Hal ini membuat konsep desa wisata yang terkesan monoton. Sehingga, wisatawan mulai bosan dan merasa jika desa tersebut tidak memiliki keunikan.
3. Memiliki Ketakutan akan Dampak di Masa Depan
Sebagian masyarakat desa memiliki ketakutan akan dampak yang bisa terjadi di masa depan nanti bila dilakukan pengembangan desa wisata. Tak dapat kita pungkiri, setiap upaya yang dilakukan untuk mengubah sesuatu, pastinya memiliki dampak negatif dan positif. Selain itu, setiap desa wisata memiliki aturan yang kuat dan mengikat.
4.Upaya yang Bisa Dilakukan
Melihat banyaknya tantangan dalam mengembangkan desa wisata di Bali, sudah barang tentu perlu adanya upaya yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni dengan menerapkan ekonomi kreatif.
Baik itu dari segi potensi, kuliner, kondisi alam, keunggulan, dan lain sebagainya. Pengembangan desa wisata harus mempunyai pemetaan maupun konsep yang matang sebagai salah satu upaya untuk memberikan peluang maupun keseimbangan yang sama kepada setiap pengelola desa wisata.
Harapannya, melalui ekonomi kreatif inilah, desa wisata di Bali bisa semakin baik hingga masa mendatang nanti. Selain itu, desa wisata tidak hanya berdiri sendiri akan tetapi bergerak dari satu desa wisata ke desa wisata yang lainnya. Dengan begitu, akan semakin banyak lagi desa wisata yang masuk dalam kategori desa wisata maju dan mandiri.